Istilah “bootleg” dikenal sebagai imitasi palsu dari sesuatu yang otentik. Dalam konteks streetwear dan fashion, bootleg dapat ditemukan dalam produk tiruan dengan penambahan unsur tertentu dari suatu brand.
Bootleg pertama kali muncul dari produk yang dihasilkan oleh Daniel Day atau yang lebih dikenal dengan Dapper Dan. Ia merupakan orang pertama yang membuat produk bootleg dari brand LV dan Gucci kala itu, karena merasa versi asli brand tersebut membosankan dan komponen yang ia tambahkan akan menjadikannya jauh lebih menarik.
Dapper Dan & LL Cool J ( Source: highxtar. )
Perkembangan bootleg pun semakin bertumbuh dan merambah ke Indonesia. Contohnya, brand Sepatu Campess yang merupakan bootleg dari brand Sepatu Compass. Pada awalnya, Rei Ramadhan sebagai founder dari Sepatu Campess hanya ingin menuangkan kreativitasnya dengan menambahkan unsur design baru pada produk sepatu dari Compass. Namun, hal yang dilakukannya ternyata berbuah viral tanpa disengaja. Mereka berhasil mengumpulkan market baru yang cukup masif di masyarakat umum.
“Bootleg tuh ada seninya, makanya ada sebuah kata nyebutnya Bootlegging Art. Orang-orang yang bikin bootleg kayak Imran Moosvi, Warren Lotas, dia tuh membuat sepatu atau baju nge-bootlegging suatu brand yang mana dia membuat versi dia sendiri. Kayak homage gitulah” , ujarnya dalam sesi wawancara bersama The Corator.
Hal tersebut juga didasari oleh sulitnya mendapatkan produk dari Compass, karena stock yang dibuat terbatas dan tidak sebanding dengan demand yang sangat tinggi di masyarakat. Terlebih lagi, harga reseller dari Sepatu Compass sudah tidak masuk akal. Banyak yang menjual dengan harga 2 sampai 5 kali lipatnya. Dengan begitu, kehadiran Sepatu Campess dapat menjadi solusi akan hal ini.
Image by Sepatu SSEMPAC OFFICIAL
Sepatu Campess pun melakukan rebranding dengan nama baru, yaitu SSEMPAC OFFICIAL. Mereka mengembangkan produk yang telah dihasilkan dengan menampung masukan dari market mereka. Meluncurkan produk dengan artikel yang berjudul ‘Gaeler’ tentu tidak melepaskan predikat mereka sebagai sepatu rakyat yang membawa kualitas bagus dengan harga terjangkau.
Di balik seluruh pro dan kontra yang ada, fenomena bootlegging ini masih terus berjalan selaras dengan pertumbuhan industri fashion dan retail di Indonesia. Semua berbalik kepada sudut pandang customer, menjadi pilihan mereka masing-masing untuk memilih brand dan produk apa yang paling sesuai. Selama tidak merugikan satu sama lain dan terus memajukan produk lokal, hal-hal tersebut tampaknya masih aman-aman saja untuk terus diproduksi dan dinikmati.