Bersua Ria Banner
Bersua Ria Banner

Saleh Husein “Art and Its Reflection”

Saleh Husein shares his perspective about the intimacy of art and his words about music.
Volkgaze Saleh Husein "Art and Its Reflection"
Image by Saleh Husein

Pada edisi Volkgaze kali ini, Kultur Ekstensif dan tim berkesempatan untuk berdiskusi dengan Saleh Husein, salah satu figure modern kesenian dan musik di Indonesia. Saleh Husein atau yang akrab dipanggil Ale, adalah seorang seniman dan musisi. Telah lama berkecimpung di dunia kesenian, Saleh Husein memliki andil besar dalam beberapa collective besar seperti Gudskul dan ruangrupa dan juga beberapa komunitas kesenian seperti, Serrum dan Grafis Huru Hara. Tidak hanya kesenian, Ale juga menggaungi dua band ternama yaitu, The Adams dan White Shoes & The Couple Company

Selama kurang lebih satu jam berbincang, Saleh Husein banyak menyampaikan perspektifnya terhadap seni dan ekosistemnya. Bagaimana ia menjali suatu pola artistic dalam proses pengerjaan karya. Banyak dari aspek kehidupan yang ia refleksikan sebagai objek karyanya.

Simak obrolan kami dalam Volkgaze Saleh Husein berikut ini:


Untuk permulaan, apakah boleh Bang Ale memperkenalkan diri?

Ya nama gue Saleh Husein. Gue seorang seniman atau visual artist dan gue juga musisi di dua band, The Adams dan White Shoes & The Couples Company. Saat ini gue lagi focus di collective yang gue urus sama anak-anak. Ada satu studi kolektif dan ekosistem seni namanya, Gudskul Ekosistem. Jadi Gudskul ini menaungi beberapa collective lain seperti, ruangrupa, Serrum sama Grafis Huru Hara.

Kalo ruangrupa sendiri udah ada dari tahun 2000, kalo gue masuk itu di tahun 2004-2005 bareng teman-teman. Pada saat itu kita bikin suatu project namanya Jakarta 32 C dibantu sama ruangrupa juga. Ada juga project Gudang Sarinah Ekosistem yang pernah kita kerjakan, kita coba menghidupkan Gudang Sarinah waktu itu. Jadi sekarang 2 tempat yang kita kelola, termasuk Gudskul yang menaungi collective-collective itu. 

Kalau gue lebih banyal in charge di unit bisnisnya. Lebih ke ngurus hubungan external gitu. Tapi gue juga sering handle untuk keperluan artistic dan visualnya. Jadi misal ada collaboration event misal sama Synchronize gitu, gue handle di artistic directing-nya. 

Kapan nih Mas Ale terakhir mengadakan pameran?

Kalo pameran terkhir di Paris waktu itu, tempatnya di Institut des Cultures d’Islam. Eh sorry yang terakhir banget, tahun kemarin di Museum MACAN waktu itu bareng-bareng sama perupa dari sekitar Asia Tenggara. Kalau yang di paris itu, gue berangkat bareng sama temen-temen Gudskul juga. 

Ngobrolin soal seni, hal apa yang biasa Bang Ale lakukan saat berkarya?

Kalo gue lebih banyak melakukan riset ya. Jadi gue banyak mendasari proses itu dengan riset. Jendela awalnya banyak tentang keluarga atau juga warga keturunan, khususnya keturunan arab. Hal itu nanti outputnya kan jadi karya yang pasti ada hubungannya dengan negara, policy, masyarakat, banyaklah elemen-elemen yang bakal masuk di situ. 

Sebagai seorang hybrid kalo gue bilang, gue ini kan campuran arab dan jawa, karya-karya itu punya konteks dan relasi yang erat sama gue.

(Memang benar, banyak dari arsip kesenian Saleh Husein berujung pada karya-karyanya yang mendalami seluk beluk keturunan Arab beserta budayanya, seperti pada pameran yang berjudul “Riwayat Saudagar” di RURU Gallery pada tahun 2012).

Volkgaze Saleh Husein "Art and Its Reflection"
Volkgaze Saleh Husein "Art and Its Reflection"
Volkgaze Saleh Husein "Art and Its Reflection"
Image by INDO ART NOW

Adakah suatu hal yang memotivasi Bang Ale untuk terjun ke dunia kesenian?

Nggak ada motivasi yang gimana-gimana sih ya, organik aja. Malah dulu sma gue ipa. Tapi ketertarikan itu kemudian muncul waktu sma, akhir-akhir sma. Gue ngerasa hal-hal visual itu banyak melekat. Seperti bagasi visual itu sudah hadir. Akhirnya gue masuk kuliah di IKJ, dan gue seriusin lah itu jadi profesi. 

Kalau ke musik atau band, gue rasa karena ngeband ini juga ada hubungan erat sama dunia visual dan sebagainya. Gue pribadi punya kedekatan dengan musih. Gue rasa semua orang punya ya kedekatan dengan musik. Tinggal bagaimana tiap orang mengolahnya kan. Gue ada basic di musik dan seni, ya itu yang gue jadiin sebagai karya gue. Jadi kalo ditanyain soal motivasi, gue rasa itu hadir dengan sangat organik.

Kalau dari keluarga bang Ale, apakah ada juga yang berkesenian?

Kalau darah kesenian nggak gimana-gimana juga sih. Tapi memang dulu ibu gue sempat melukis juga waktu masih di Surabaya. Terus menikah sama bapak gue, itu udah nggak melukis lagi. Mungkin kalo ditanya darah seni, dari ibu gue kali ya. 

Perspective seni dari seorang Saleh Husein.

Seni menurut gue adalah bagaian dari kehidupan atau keseharian. Sama halnya seperi kita makan, setiap hari. Berkesenian itu bukan melulu soal berkarya, karena base kesenian itu juga dengan observasi, mengarsipkan sesuatu itu juga masuk dalam proses kesenian. Gue pribadi cukup membutuhkan diskusi tenang seni itu, dialog tetnang sebuah pembahasan seni. Karena sadar nggak sadar kita memang ada di dunia itu. Bagian dari kehidupan lah dan hal itu menurut gue sudah erat dan terikat.

Jika karya-karya Bang Ale direfleksikan sebagai suatu objek, apakah objek itu?

Kalau refleski, gue bisa merefleksikan itu dengan kota. Yang menarik adalah bagaimana hubungan kita dengan kota. Pernah ada satu riset yang gue buat tentang Kota Surabaya. Ini hubungannya dengan keturunan arab ya, balik lagi. 

Waktu itu gue bikin riset tentang keturunan arab, hubungannya dengan pekerjaan mereka, bagaimana mereka bekerja, issue yang mereka hadapi dan subjek-subjek tertentu yang dibahas. 

Kenapa kota ya? Karena gue hidup disitu, di Jakarta. Keadaan disini cukup burnout, cukup rusuh. Hal-hal itu yang ada di dalam attitude gue atau atensi tertentu. Itu membentuk pola pandang gue terhadap kota dan karya yang gue bikin. 

Volkgaze Saleh Husein "Art and Its Reflection"
Image by Whiteboard Journal

Apakah ada figure seni atau musisi yang Bang Ale idolakan?

Ini untuk musik dulu ya. Kalo figure lokal banyak sih. Tentu banyak musisi Indonesia dengan talent-talent keren mereka. Kalo rock yang pasti dimulai dari Godbless. Kalau di pop ada Fariz RM.

Kalau influence dalam berkesenian banyak dari seniman lokal juga. Kalo seni lukis gue suka sama Sudjono Abdullah. Kalo seniman yang dekat sama gue itu Reza “Azung Afisina, itu art performance. Oh iya gue juga terkesima dengan karya lukis dari Dede Ari Supria. Kalau di seni rupa gue suka sama William Kentridge, dia seniman dari Afrika Selatan. Dan juga, artist yang banyak orang tau, Van Gogh. Gue suka dengan pallate warna-warna dia.

Adakah suatu work ethic atau pola kerja tertentu saat berkarya?

Dimulai dengan artistic statement yang pingin gue sampein. Ada pola kerja artistic yang gue lakuin. Gue mulai dengan riset dulu, yang gue bilang. Kadang malah waktunya lebih banyak di rise, daripada waktu untuk berkarya. Tapi ada juga yang parallel, berbarengan. Jadi selagi gue riset gue juga buat itu. 

Tapi ya nggak melulu riset ya, banyak juga ngobrol dan diskusi. Film dan musik juga ada di prosesnya. Kalau film nggak harus melulu yang relate atau sama dengan riset itu. Bisa aja gue ambil secara angle dari film, bagaimana cara film itu membicarakan suatu issue tertentu. Kuncinya ya dengan riset yang mendalam. 

Sebagai seseorang yang aktif di dunia seni dan musik, bagaimana Saleh Husein membagi porsi kreatifnya?

Bagi waktu aja sih, tergantung gimana kita ngaturnya. Misal ada jadwal untuk latihan, meeting atau manggung, kita bagi aja posrinya. Kapan bisa ketemu dan kapan nggak bisanya. Nggak melulu harus saklek, misal tiap weekend nih kita haru ngeband, latihan gitu, nggak gitu. 

Lu harus ngeliat pace atau sistem kerja yang dibuthkan dalam project yang lu kerjain. Apa misalnya gue incharge di visualnya atau di musiknya. Kayaknya organik aja, jadi pembagian porsinya nggak kaku. Misalnya lagi meeting gue punya ide apa, pop up ide aja. Langsung kita bekukan ide itu. Karena semua yang terlibat berperan, semua pasti tau soal gambarannya tentang apa atau konteksnya ini apa.

Kalu waktu di band, misal White Shoes nih. Si Ricky (Ricky Surya Virgana) jadi music directornya-nya. Yang di album 2020, kemarin. Jadi kalo gue ada ide gue ngobrol sama Ricky. Semuanya sih, kalo kita ada pengen improve disini nambahin ini itu, kita diskusi sama Riki soal pengembangan musiknya. 

Menyinggung sedikit soal musik, bagaimana Bang Ale melihat industri musik sekarang?

Gue lihat ekosistem musik sekarang menarik ya. Lo bisa ngerjain apa-apa sendiri. Ya itu sama sih dari tahun-tahun yang dulu. Cuma kita semua punya kesempatan yang sama. Misal ketika di era 2000an, mungkin ada sedikit kesulitan untuk menerima atau menganggapi musik-musik yang baru muncul. Dan dulu lo harus ikut di label kalau mau rilis kayak, album, EP atau apapun itu. Sekarang lo bisa bikin label lo sendiri bahkan ngurusin marketing band lo sendiri. 

Tapi kalo ngomongin industrinya, yang dilihat sebagai industri ini bergantung dari konteks ekonomi atau tidak. Yang gue lihat sih kita bisa lebih mandiri. Karena sudah banyak variasi bentuk tawaran atau project yang bisa lo ambil. Tinggal bagaimana lo memposisikan diri aja. Gue nggak tau ini bisa dibilang industri ini jadi lebih baik atau tidak. 

Sebagai seorang seniman dan musisi, bagaimana Bang Ale menyikapi pandemi ini?

Kalau menyikapi pandemi ini, gue nggak bisa ngomong banyak ya karena gue juga ngerasain. Pasti ada lebih banyak orang yang merasakan impact pandemi ini. Imbasnya jelas ke crew-crew band dan pelaku-pelaku di industri ini. Ini bisa jadi suatu pelajaran yang telak buat kita semua. Bagaimana kita memanfaatkan apa yang ada, media virtual entah itu konser online, pameran juga. Kita melihat sendiri pameran di tutup terus di buka lagi. Kita harus bisa beradaptasi dengan kecanggungan-kecanggunan itu, dan tidak perlu memaksakan juga. 

Apa nih project terdekat yang bakal Bang Ale kerjakan?

Project terdekat, kalau band, bakal ada project lanjutan dari album 2022, White Shoes. The Adams juga ada. Kalau Gudskul, pertengahan tahun ini kita bakal ada pameran di Jerman, ada perform artnya juga. Masih itu sih kalo plan terdekat. Kalau gue sebutin semua ntar nggak surprise dong haha.

Boleh dong mas share sedikit kata-kata yang memotivasi teman-teman untuk berkarya.

Ya yang ya lo harus lakuin itu dulu, mulai aja dulu. Jangan terburu-buru untuk punya ekspektasi tinggi terhadap sesuatu. Nikmatin proses yang lo jalanin. Misal dari angle ekonomi, lo punya bayangan kalau gue ngeband biar bisa dapat duit banyak. Menurut gue nggak bisa kayak gitu. Yang terpenting apresiasi karya lo dulu dengan begitu orang lain juga bisa apresiasi karya lo. Ya karena pada akhirnya waktu yang akan menjawab. Lo mulai kerjain dulu aja. Suka dukanya harus dinikmatin.

Written by

Share this article

Stay up to date with our content.

Written by

Share this article

Stay up to date with our content.

Bersua Ria Banner

COMMENTS

POPULAR STORIES

MORE ON KULTUR EKSTENSIF

Digital Shitpost account meets underground artistry, see the full collection here.

EXPLORE THE CULTURE,
ENGAGED WITH THE SCENE

Kultur Ekstensif is an independent curatorial media that explores in-depth on culture, lifestyle and everything in between. Our editorial content is not influenced by any commissions.

Subscribe to our newsletter

EXPLORE THE CULTURE,
ENGAGED WITH THE SCENE

Kultur Ekstensif is an independent curatorial media that explores in-depth on culture, lifestyle and everything in between. Our editorial content is not influenced by any commissions.

Stay up to date with our content.

Mixtape This Week